1. Kurang darah bukan darah rendah
Anggapan darah
rendah sama dengan kurang darah masih muncul dari mulut pasien sampai
hari. Mereka yang darah rendah belum tentu kurang darah. Sebaliknya,
mereka yang kurang darah bisa jadi tekanan darahnya normal. Bukan tak
mungkin yang darah rendah sekaligus juga kurang darah. Bukan mustahil
yang kurang darah ternyata mengidap darah tinggi.
Berapa patokan
orang yang disebut kurang darah? Kurang darah atau anemia satuannya
hemoglobin (Hb). Pada mereka yang mengidap kurang darah, kadar Hb-nya
berada di bawah normal. Normal Hb sekitar 12 g%. Jika nilai Hb seseorang
di bawah itu, ia dinyatakan anemia. Mereka yang kadar Hb-nya kurang
dari 12 g% bisa saja tensinya normal 120/80 mmHg, atau mungkin bisa juga
lebih rendah dari itu, atau siapa tahu, bisa juga lebih tinggi. Sudah
disebut kasus anemia, tetapi mengidap hipertensi, bukan hal yang aneh.
2. Penyebab anemia lebih dari satu
Membaca hasil
laboratorium Hb di bawah normal, belum tentu dokter langsung bisa
menetapkan apa jenis obatnya karena penyebab anemia bukan cuma satu.
Untuk melacak apa jenis anemianya, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium darah besar. Dari situ akan tampak berapa jumlah sel darah
merah (erythrocyt), berapa ukuran dan jenis sel darah merahnya, dan
adakah sel darah merah abnormal. Dengan mengamati pemeriksaan darah
besar, dokter baru dapat mendiagnosis anemianya.
Terapi kasus
anemia baru akan berhasil tuntas apabila penyebab anemianya sudah
terlacak. Hanya menambah darah saja (dengan obat atau transfusi darah)
tanpa menganalisis apa penyebabnya, anemia yang sudah dikoreksi, akan
kembali anjlok lagi bila penyebabnya belum diatasi. Penyakit cacing,
misalnya, merupakan salah satu penyebab anemia kurang zat besi (anemia
defisiensi besi). Hanya memberi pil zat besi saja tanpa membasmi
cacingnya, anemianya untuk sementara mungkin bisa saja pulih. Namun,
selama cacingnya tetap diternak di perut, kondisi anemianya akan kembali
kambuh lagi.
3. Terapinya dengan suplemen yang tubuh menderita kekurangan, atau dengan transfusi darah
Semua kasus
anemia kekurangan zat gizi, perlu suplemen gizi. Tergantung apa zat gizi
yang kurang dalam tubuh, zat gizi itu suplemen yang perlu ditambahkan.
Selain kekurangan zat gizi (zat besi, protein, asam folat, vitamin B12),
anemia juga bisa disebabkan oleh bukan kekurangan zat gizi, seperti
bila terserang kanker darah (leukemia), penyakit menahun, dan beberapa
kondisi penyakit lainnya.
Namun, tidak
begitu halnya dengan anemia yang bukan disebabkan oleh kekurangan zat
gizi. Perdarahan yang banyak dalam waktu singkat (masif), seperti kasus
cedera kecelakaan, perdarahan rahim, aborsi, perdarahan organ dalaman
(termasuk kasus demam berdarah syok), jenis kasus yang tak dapat diatasi
hanya dengan diberi obat. Kasus demikian memerlukan transfusi darah
karena yang berkurang volume darahnya (hypovolemia).
Sirkulasi darah
yang berkurang volume darahnya secara dadakan perlu segera dikoreksi
agar tidak jatuh ke dalam syok. Untuk itulah transfusi pilihannya.
Setelah gangguan sirkulasi darah teratasi, baru dikoreksi apa penyebab
kehilangan volume darahnya. Komplikasi tifus bisa terjadi kebocoran
usus, sehingga muncul gawat darurat perut.
4. Tak cukup makan hati goreng atau mengkonsumsi dadih
Ya, anemia di
negara sedang berkembang seperti di kita, kebanyakan memang disebabkan
oleh kekurangan zat besi. Itu sebab di masyarakat tumbuh anggapan yang
tidak selalu benar, bahwa bila kurang darah perlu lebih sering makan
hati goreng atau dadih ayam.
Seperti sudah
disebut, anemia bukan melulu kekurangan zat besi, melainkan bisa juga
disebabkan oleh kekurangan zat gizi lain, seperti protein, asam folat,
atau vitamin B12.Sudah disebut pula kalau dari pemeriksaan laboratorium
darah besar akan terbaca apa jenis anemianya, dan sekaligus apa pula
penyebabnya. Anemia kekurangan asam folat dan kekurangan vitamin B12
secara spesifik akan terlihat dari sifat sel darah merahnya. Bentuk sel
darah merahnya bersifat khas. Pada kasus demikian, dengan suplemen asam
folat dan vitamin B12, anemia jenis ini akan terkoreksi.
Tidak semudah
itu menanggulangi kasus anemia kekurangan zat besi. Memang anemia
defisiensi zat besi dapat terlihat dari sifat dan bentuk sel darah
merahnya. Namun, penyebab anemia kekurangan zat besi lebih dari satu.
Mungkin disebabkan cacing perut. Kita tahu, cacing perut sendiri pada
manusia paling sering jenis cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang,
cacing cambuk, dan beberapa jenis cacing lainnya. Perlu memeriksa tinja
pasien di laboratorium terlebih dulu untuk melihat apa jenis cacing
penyebabnya. Tanpa membasmi cacing penyebabnya, setelah anemianya
dikoreksi, masih ada kemungkinan anemianya bisa kambuh lagi bila cacing
penyebabnya belum dibasmi.
5. Waspada bila mengidap wasir
Kekurangan
darah untuk waktu lama juga bisa disebabkan kalau kita memelihara
penyakit wasir. Wasir yang sering berdarah, kendati hanya
sedikit-sedikit, bisa berujung anemia juga. Jenis anemianya, biasanya
jenis anemia kekurangan zat besi. Agar anemia tidak berkepanjangan,
selain anemianya segera dikoreksi, wasirnya pun harus disembuhkan pula.
6. Kalau menstruasi lebih dari normal
Ada wanita yang
volume menstruasinya lebih dari normal (metrorhagia). Volume darah
bulanannya terbuang melebihi normal. Kalau normalnya paling banyak 200
ml saja sepanjang satu siklus haid, pada yang berlebihan jauh di atas
volume itu. Risiko menjadi anemia pada kasus demikian umumnya lebih
besar.
Itu berarti
untuk kasus-kasus semacam itu perlu lebih banyak asupan sumber makanan
yang kaya akan zat besi (ati ayam, bit, bayam), selain melakukan koreksi
terhadap haid yang berlebihan. Termasuk bila kanker leher rahim yang
sudah berdarah penyebab anemianya.
7. Mereka yang mengidap gagal ginjal juga cenderung menjadi anemia
Fungsi ginjal
yang melemah sehingga menjadi payah ginjal hampir selalu mengalami
kondisi anemia juga. Anemia di sini umumnya sukar dikoreksi, karena
ginjal merupakan organ yang berperan dalam proses haematopoesis juga,
atau organ pembentuk sel darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar